Info Seputar Karanganyar Sejarah Taman Pancasila Karanganyar | Info Seputar Karanganyar

Sejarah Taman Pancasila Karanganyar

Sejarah Taman Pancasila Karanganyar

Sejarah Taman Pancasila Karanganyar
Bagi warga Kabupaten Karanganyar tentunya sudah tidak asing lagi dengan keberadaan Taman Pancasila yang berada di jantung kota karanganyar. Taman yang saat ini selain difungsikan sebagai taman kota, juga difungsikan sebagai tempat mencari nafkah bagi para Pedagang Kaki Lima (PKL) ketika di malam hari. Lokasinya yang sangat strategis di tengah kota menjadikan sebagai magnet tersendiri bagi warga yang ingin rekreasi atau sekedar mencari suasana baru. Dengan lahan seluas +/- 6000m2, setiap tahun sejak 2013 hingga sekarang selalu dilakukan penataan, khususnya perbaikan dan penambahan infrastruktur dan fasilitas.

Pembangunan Monumen 45 di lokasi tersebut berupa patung Burung Garuda dan Sang Proklamator Bung Karno-Hatta menambah wajah taman semakin kelihatan gagah dan eksotis. Seakan menguatkan nama dan eksistensinya sebagai Taman Pancasila. Di sebelah utara taman berhadapan langsung dengan bangunan Rumah Dinas Bupati Karanganyar yang dipisahkan dengan Jalan Lawu yang merupakan ikon jalan di karanganyar. Disebelah barat dan timurnya berdiri bangunan pertokoan dan warung makan, sedangkan di sebelah selatan dibatasi oleh Jalan Kapten Mulyadi.

Ketika di malam hari suasana di Taman Pancasila ini berubah menjadi ramai seperti pasar, karena digunakan oleh para Pedagang Kaki Lima (PKL) untuk mencari nafkah. Mulai dari sekedar menjajakan dagangan kuliner sampai mainan anak-anak. Aktifitas para PKL di kawasan Taman Pancasila ini dimulai pukul 14.00 wib s/d 21.30 wib.

Taman Pancasila Dari Masa Ke Masa

Sejarah Taman Pancasila Karanganyar2
Namun siapa sangka keberadaan taman yang sekarang rimbun dengan pepohonan itu dahulunya adalah bekas Pasar Kota Karanganyar? Menurut keterangan Agam Bintoro selaku Anggota Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Kabupaten Karanganyar, bahwa dahulunya Taman Pancasila ini adalah pasar tradisional di Kecamatan Karanganyar. Selayaknya Pasar tradisional, maka dagangan yang diperjualbelikan mulai dari makanan, pakaian, hingga sembako.

Pasar Karanganyar yang dimaksud Agam itu kondisinya pada saat itu masih memprihatinkan, sama seperti pasar tradisional lainnya. Lantai dari tanah uruk warna hitam yang dipadatkan. Ada los dan pedagang oprokan. Khas lainnya adalah banjir saat hujan deras. Sedangkan luasnya kira-kira seluas lapangan bola. Keberadaannya pada saat itu merupakan satu-satunya pasar di Kecamatan Karanganyar.

Kemudian sekitar tahun 1977, mantan Bupati Karanganyar, Waluyo Cokro Darmanto, mengambil kebijakan menata wajah Karanganyar. Langkah yang diambil yaitu dengan memindahkan lokasi Pasar Karanganyar ke dekat Perumahan Pelita di Bejen yang sekarang menjadi Pasar Bejen/Tegalgede. Sedangkan bekas Pasar Karanganyar ditata menjadi ruang publik dengan disulap menjadi taman kota. Selain ditanami pepohonan juga ditambah dengan patung hewan, seperti jerapah, gajah, dll. Sedangkan disisi selatan ditambah dengan patung perjuangan.

Para pedagang yang dipindah ke lokasi baru itu mengaku dagangannya tidak laku, lalu mereka mencari tempat lain. Ada sebagian pedagang  Pasar Karanganyar bergeser ke wilayah Jungke, Karanganyar. Alasannya adalah mencari tempat yang lebih rame. Para pedagang tersebut menggelar lapak di antara permukiman di Jungke, sehingga membuat lokasi disekitarnya menjadi kumuh. Atas pertimbangan tersebut maka Pemerintah Kabupaten Karanganyar mengakomodasi dengan membuat pasar baru yang sekarang dikenal sebagai Pasar Jungke. Pemerintah membeli tanah di lokasi tersebut menjadi aset pemerintah dan dijadikan pasar. BACA JUGA : Asal Usul Nama Karanganyar

Rentang periode tahun 2014 - 2017 Bupati Karanganyar, Drs. Juliyatmono, M.M. mempercantik wajah ruang publik Taman Pancasila dengan menambahkan Patung Proklamator Republik Indonesia dan memasang paving. Harapannya saat itu adalah warga Karanganyar dapat memanfaatkan untuk aktivitas, seperti olahraga, tempat kongkow, berfoto, dan lain-lain. Namun ternyata seperti pepatah orang jawa "Wong jawa kuwi ibarat danyang ora gelem ngalih". Meski sekarang sudah ditata menjadi ruang publik ternyata di lokasi tersebut tetap memiliki daya pikat menjadi tempat aktifitas jual beli. Bedanya, kalau dahulu menjadi pasar di siang hari, maka sekarang menjadi pasar malam.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sejarah Taman Pancasila Karanganyar"

Post a Comment